Jumat, 04 November 2011

Hanya sebuah kisah

Tidak akan ada lagi cerita yang sama, antara dua nama semu itu. Semuanya lenyap sudah bak air hujan mengguyurnya. Ketika ia ucapkan kata pisah dalam maya. 


perempuan disampingku itu, hanya bisa terpaku, ia sedang menanti jawaban yang indah, berharap rindunya terbalaskan. tapi ternyata tidak dan ia masih bisa tersenyum, meski pahit ku lihat di garis-garis wajahnya itu. Pandangannya hampa namun masih mencoba menyapa setiap jiwa yang menyambutnya penuh suka cita, tapi tidak dengan dirinya. Aku tau dia sedang berbohong kepada orang lain, bahkan kepada laki-laki itu... aku tau karena aku yang ada di dekatnya ketika hatinya remuk. 
Senyum yang keluar dari bibirnya, kata-kata terkesan ikhlas justru menggambarkan hatinya yang sedang gundah, meski tak terbaca tapi sangat jelas terlihat di sorot matanya yang lembut. Ia tengah terluka.

Pernah suatu kali, di dalam lamunannya dia menangis, ku lihat tangisnya bukan tangis penyesalan, tangisannya dan gayanya mengusap airmata adalah wujud dari sebuah doa. Dan baru ku tau, ia tidak pernah memendam benci kepada laki-laki yang meninggalkan bekas luka di lembaran kisahnya. 

Matanya...seolah berbicara ketika ia menangis, tampak dalam ketenangannya ia berdoa, entah apa yang ia ucapkan, rasanya....syahdu sekali. Nanar aku melihatnya, butiran hangat dari kedua sudut mataku pun turun, aku tak kuasa melihatnya. Tapi cepat-cepat ku hapus hujan kecil itu, aku beranjak dari tempat dudukku, mendekatinya, berusaha ada untuknya sebagai teman berbagi. Tapi sepertinya dia masih enggan untuk berbagi, dia terlalu yakin bahwa dia mampu merasakannya sendiri. Atau mungkin dia tahu aku yang begitu cengeng?

Aku hanya bisa duduk disampingnya, sama-sama diam.

Tersadar di lamunanku siang itu, begitulah aku, mencoba untuk tetap menutup rasa sakit, penghinaan, atas apa yang telah ia lakukan kepadaku, meski atas nama cinta, aku masih mencoba utk ikhlas...

0 komentar:

Posting Komentar