Senin, 14 November 2011

Ternyata aku

Semilir angin pagi ini, menyentuh ku lembut, sampai tak kurasa dinginnya menusuk ke tulang-tulangku.
Mendung yang egois, menutup sebagian cahaya matahari, membuatku enggan untuk menyatakan selamat pagi dunia. Meski saat ini hari sudah berganti, kulirik kalender di meja kerjaku, hmm betapa hari yang abu-abu itu sudah ku lalui, tapi kini masih menyimpan bekas. Sebuah kaca di depan komputerku, ku raih dan kucoba menatap dalam ke arah ku sendiri, "Bukankah aku juga sudah seharusnya tidak berdiri ditempat itu lagi? atau masihkah aku yang dulu?"
aku mencoba mencari jawaban atas luka di dalam mataku sendiri, tapi tak bisa kutemukan juga.. Kuambil secarik kertas, mencoba menggambarkan luka ku itu, agar aku bisa menunjukkan betapa aku pernah mengalami luka yang sebegitu parah, yang mudah untuk disembuhkan tapi bekasnya tak akan bisa hilang. Tapi bagaimana wujud dari luka itu? supaya kamu tahu, supaya kamu bisa mengerti hal apa yang membuatku ketakutan setengah mati.....

Bukan maksudku untuk selalu mempersalahkan posisimu disampingku, aku tak pernah ingin melukai mu, tapi begini lah aku, ketika aku semakin mencintaimu, semakin takut aku kehilanganmu..
mungkin inilah caraku mengatakan padamu bahwa aku takut kehilanganmu, mungkin caraku yang salah untuk mengatakan itu padamu. Dan begitu kusadari betapa kerdilnya hatiku saat ini..
aku bahkan tak punya keberanian untuk mengatakan aku sangat mencintaimu..
aku tak punya keberanian untuk berkata jangan pergi tinggalkan aku..
yang kulakukan hanya terus mengusirmu, menolak semua kebaikanmu.. Begitulah naif-nya aku, berharap kau tak akan pernah memedulikan kata-kata ku, berharap kau tetap selalu bersikeras tidak pergi dariku. Aku enggan mengatakan aku mencintaimu, karena aku semakin takut jika aku kehilanganmu.

Jantungku berdegup saat ku coba menggambarkan luka itu, perlahan ku lepas pena dari genggaman tanganku, aku tak mau, aku tak mau melihatnya lagi, betapa berat bagiku menunjukkan itu padamu, betapa aku ingin mengatakan padamu bahwa aku kini tengah mencoba baik-baik saja, tapi begitu ingin juga aku menyampaikan padamu, bahwa aku sangat takut akan sesuatu, yang sering membuat darahku berdesir ngeri...

Mungkin ini lah yang membuatku kadang kala sering mempersalahkan jalan cerita kita, tapi tidak dengan sengaja... menyadari bahwa diriku sendiri tengah kehilangan kekuatan untuk menunjukkan cinta kepadamu, dan kini kau tengah sibuk menguatkan hati atas perubahan yang terjadi di diriku dalam hitungan detik. Aku tahu kau tengah mencoba untuk bersabar, mencoba untuk kuat, dan aku tau pahit yang kau rasakan ketika kau menemukan ku berbeda dengan yang dulu.
Lalu....
kau mulai berkata, berandai, jika aku bisa seperti dulu, yang dengan bangga mengatakan aku cinta padamu, aku amat menyayangimu dan memperlakukan mu dengan sebaik-baik perlakuan. Aku tahu kamu merindukan keadaan seperti itu, aku tau kamu tengah mencari dan mengembalikan ku agar aku bisa seperti dulu. Dengan susah payah, berlari dalam ruang waktu yang sempit, mengalahkan segala rasa lelah, letih agar aku mau kembali kesana, aku tahu kau tengah melakukannya untuk aku...semata-mata untukku.

Begitulah aku... mencoba untuk mengubur setiap jejak luka  yang menyakiti fisik dan psikis ku, bertahan untuk tetap memelukmu meski dengan genggaman yang lemah, berusaha untuk menggapaimu dengan tangan yang tak berdaya. Bukan berarti aku ingin melepas mu karena tanganku tak kuat lagi menahanmu disini, tapi berharap kau berbalik mencengkram erat dan memeluk ku dengan kuat agar aku bisa melingkarkan tanganku di lehermu....

Jangan pernah bilang kau ingin aku yang dulu sayang.... betapa kalimat itu sangat jelas mengisyaratkan padaku bahwa aku telah benar-benar berubah dan egois...
katakanlah padaku bahwa kau ingin aku saja... karena jika kau tahu sayang, setiap harinya aku terus berusaha mencari diriku yang dulu, yang bisa mencintaimu dengan baik, nyaris sempurna !
setiap harinya aku mencoba mengais sisa-sisa rasa, cerita manis dulu yang kurangkaikan untukmu, berusaha agar aku bisa menyambungnya lagi. Setiap malam aku berharap kau berada pada sisi yang sama, bicara dengan hatiku, dengan terisak aku mencoba untuk mengutarakan semua rasa, bukan untuk dikasihani sayang, aku hanya ingin kau mengerti saja, betapa aku amat sangat pernah terluka, dan dulu aku tak sempat untuk menangis seperti ini, seperti di hadapanmu saat ini...

Dulu aku tak sempat menunjukkan betapa lemahnya aku sebagai perempuan biasa, dulu aku sibuk menguatkan hati ini sayang... dan tak ada waktu ku untuk merasakan hangat pelukan seperti yang kamu berikan padaku. Dan kini aku didepanmu, melihat sayu ke arah matamu, tangisan ku merebak, dan lihatlah aku yang amat sangat ketakutan jika aku tak bisa merasakan cintamu lagi....

0 komentar:

Posting Komentar