Sabtu, 24 Mei 2014

On my way home: your heart





Aku berpikir untuk tidak berpikir tentangmu. Maaf, aku tak mampu. 

Aku berpikir untuk tidak menantimu. 

Maaf, aku menunggu. 

Aku berpikir untuk tidak mencintaimu. 

Maaf, aku telanjur jatuh cinta; kepadamu. 

Aku berpikir untuk tidak terburu-buru. 

Maaf, aku tak mampu untuk tidak tergopoh merindukanmu. 

Aku pikir, rasaku telah bugil bulat: aku mencintaimu tanpa ini itu. 

Karena aku mencintaimu, benar atau salah!#ME

Jumat, 07 Juni 2013

Kekasih

Kekasih, masihkah mau jika ku minta untuk percaya lagi padaku? Bukan lagi masalah jika tidak bisa,  tapi dengarkanlah, itu sudah cukup. Jika suatu saat nanti kamu menemukan ku di tengah keadaan yg tak menentu, aku berdoa kau masih selalu ada disampingku untuk menggenggam erat tanganku. Jika suatu saat nanti kamu menemukan ku di keadaan yg menyedihkan, aku berdoa kau masih mau menghapus airmataku dan mengajariku untuk tersenyum kembali. Jika suatu saat nanti kau menemukan ku dalam keadaan dimana aku kehilangan arti, aku berdoa semoga kau masih ada didekatku dan membuatku amat sangat berarti memiliki mu. Jika suatu saat nanti kau menemukan ku dalam keadaan yg bahagia nan jaya, aku berdoa semoga kau menjadi pengingat bagiku untuk menjadi perempuan yg kau cintai, seumur hidupmu. Lalu jika saat ini aku minta kau percaya lagi padaku, maukah kamu? Bahwa cinta terakhir itu yang paling indah didunia ini. Kemudian Jadikan aku yg terakhir untukmu. Maukah?

I just wanna be normal

I just wanna be normal! Itulah kalimat yg terpikir saat aku tau bahwa aku sedang tidak berada ditempat yg semestinya. Betapa saya ingin menghapus, kembali dan berharap tidak terjadi apa-apa. Hampir pingsan rasanya saat harus menatap bola matanya, menyembunyikan apa yg terrjadi. Tuhan.. Betapa bersalahnya aku, dihadanMU, dihadapannya, dan dihadapan diriku sendiri... Sejuta maaf aku yakin tak akan mampu menghapus bekas lukanya. Lalu dengan apa nanti kusembuhkan?

Minggu, 23 September 2012

Meski maya, kamu nyata untukku

Aku selalu suka menulis tentangmu. Melepas dahaga selama ini, yang tidak pernah kudapat dari siapa pun..
memang benar kata cerita, ia menjamin tak ada yang bisa menggantimu.. meski maya, kamu teramat nyata untukku.

Ah... benar kata waktu, kamu abadi didalamnya, meski kadang hujan berusaha menghapus jejakmu, tapi seperti sudah melekat, permanen.. kamu tak kan pernah terhapus tak kan pernah berpindah..
 Sama seperti yang ku kata dulu, tetaplah disini, jangan pernah kalah..
Ku kira kamu tak paham, namun ternyata kamu memenuhi semua permintaan ku.. That's why aku suka menulis tentangmu. Cerita yang indah, meski tak pernah aku sentuh pipimu, bibirmu.. tapi aku nyata merasakan mu.

Menikmati kamu senja ini, ditemani segelas kopi manis.. Berharap malam lambat berlalu. Betapa masih aku ingin merasakan hadirmu. Disini.
Seperti orang yang bermimpi, aku mencoba bangun dari kesadaranku. Mengejutkan diri sendiri dengan mencubit pipi. Benar, aku tidak sedang bermimipi. Kamu memang nyata :)

Meski waktu tidak pernah mengijinkan bersama, aku paham.. kita hanya ditakdirkan menulis cerita di garis maya. Untuk kita nikmati berdua saja.

 ---------------------- yogyakarta



Selasa, 28 Agustus 2012

Edisi Menikmati

Kata siapa cinta itu selalu sarat bahagia? itu hanya anggapan orang tak berlogika.
cinta itu repot, apalagi kalau berhubungan dengan bangkai cinta lalu, mata bisa melotot, lengan bisa berotot,
Realistis itu penting, nikmati selagi cinta masih mengajak kita berselimut dengannya, akui juga jika sudah ada yg pergi, berlalu. Tak perlu menunggu.  Menunggu itu mengganggu, jaminan bersama dengan yang baru akan semakin berkurang. Realistis itu nomer satu, bisa jadi tak lagi sejalan, bisa juga tak lagi satu langkah..
Nikmati saja cinta yang datang, dari jejak yang basah sebelum menjadi basi. Nikmati saja busur panahnya, dan berusahalah untuk tidak terpanah dari busur jenuhnya. Menikmati cinta, sama seperti menikmati senyumnya, tak selalu terbentuk dari bibirnya, tapi usaha kuatmu membentuknya!

Senin, 13 Agustus 2012

Saya tidak membencimu

Tiga tahun bersama, dan baru kali ini saya merasa amat sangat terpukul, dan sedikit dibohongi. Tapi ketika saya menulis ini, saya yakin cinta di hatinya pada saya masih ada dan kuat. Sedangkan saya, hanya bisa diam tak bisa mengekspresikan semua yang saya rasakan. Pada akhirnya, saya hanya bisa menulis.

gimana bisa mengekspresikan, lha wong dia masih sangat mencintai saya. Jadi rasanya seperti apa ya.. ketika kita merasa di bohongi (dulu) tapi saat ini dia sangat mencintai saya. Ada nasihat yang berbisak pada saya, lupakan saja.. toh itu dulu, saat kalian belum naik ke level yang sekarang kan, lihat deh dulu kamu dan dia seperti apa, kamu pun tak jauh dari salah. Sudah, lihat dia yang sekarang saja..

yup begitulah nasihat baik yang berbisik di telinga kanan ku. Malaikat mungkin,hehe

Tapi yang namanya manusia, pasti selalu menyanggah, begitu pula saya saat ini, menyanggah bisikan baik itu. Sebenarnya saya tidak sepenuhnya menyanggah, tapi saya kemudian menjadi ragu, takut jelas ada, was-was aduh apalagi itu. Takut kenapa? takut dia masih seperti itukah? iya. Pernah memergoki dia seperti itu? belum. Lalu kenapa, bukannya itu bukti dia bahwa dia sudah serius.

Nah begitu lah kalau saya sedang debat dengan diri sendiri.

Jujur saat saya menulis ini, perasaan takut itu masih ada. Saya jadi tidak enjoy sendiri, salting sendiri di depannya. Seperti ada yang salah. Dan sungguh saya tidak bermaksud untuk memperkarakan ini. Entah kenapa saya merasa takut, jatuh pada hal yang sama. Yang dulu pernah saya rasakan (beberapa) kali.

Wajar kan kalau saya seperti ini? atau sebaliknya, saya tidak patut seperti ini?
Apa yang harus saya lihat darinya supaya saya yakin bahwa dia memang sudah berubah dan benar-benar mencintai saya..?

Lupa II

Setelah subuh kali ini, aku tak tertarik untuk bersembunyi di balik selimut.
Aku lebih tertarik untuk mencoba menterjemahkan rasa yang dari kemarin membuntutiku seolah ingin membunuhku ketika aku tak bisa mencoba menjelaskan.

Masih dengan dingin yang mengikat,
rasa sakit itu memikat gairah ku menulis.
walau dengan perasaan setengah hancur,
aku terus berusaha menulis selancar mungkin.

menutupi bunyi degup jantung dengan alunan musik
yang hampir sama iramanya,
aku sempurna menemukan luka,
persis seperti aku mendengar kabar kehilangan.
Aku berhenti untuk menulis, dan takut semua orang tahu..
sampai sekarang aku benar-benar lupa..
tentang bagaimana mengakhiri sebuah kalimat.