Minggu, 15 Januari 2012

Sosok yang menjadi nyata

Maret 2008 menjadi masa ku untuk belajar tentang cinta dan bagaimana menjaganya. Aku tidak setuju menganggap diriku sendiri sebagai perempuan muda yang bodoh dan tidak tahu apa-apa tentang cinta (walau sepertinya begitu) tapi aku menghargai cerita ku sendiri.. toh ini semua perjalanan hidupku..

Namun begitulah adanya..
mungkin kesetiaan yang kuberikan kala itu dianggapnya hanya sebagai keberuntungan menemukan ku yang dengan mudahnya untuk mengelabui. aku terima saja, aku percaya saja, toh aku kala itu percaya, suatu saat mungkin dia akan mengerti betapa aku benar-benar mencintainya..

dan ketika berita itu sampai ditelingaku, bahwa ia tengah menjalin kasih dg orang lain, aku mencoba untuk tetap tersenyum kepadanya, seolah-olah tak terjadi apa-apa, dan kulihat dia yang sangat kelimpungan sendiri.. padahal saat itu, sungguh hatiku resah, aku berusaha menenangkan sendiri, hanya sendiri.
entah untuk keberapa kalinya, aku sudah terbiasa dengan berita itu, ketidaksetiaannya mungkin melelahkan dirinya sendiri hingga suatu hari ia tampak kalah, putus asa dengan semua yang kuberikan kepadanya. Tak ada cacian, hujatan bahkan tamparan karena sikapnya, aku justru semakin hari semakin menerimanya, menunjukkan kepadanya bahwa cinta itu sederhana.. hanya memberi.. tidak pernah menuntut untuk menerima kembali.

Dalam hati kecilku aku hanya bisa berdoa...
jika memang aku ditakdirkan hanya untuk sementara, aku yakin TUHAN akan mempertemukan aku dengan orang yang lebih hebat mencintai diriku.
aku terus berdoa kala itu, ketika ia menghindariku entah karena apa, aku hanya bisa diam dan berbisik, "TUHAN.. Aku percaya, suatu saat aku akan bersama dengan orang yang tak pernah membiarkan ku sendiri dalam keadaan apapun"
masih saja aku terus bergeming dalam hati, ketika ia mulai tak memperdulikan aku, dan aku sudah siap kehilangan, "TUHAN...aku percaya suatu saat aku akan di pertemukan dengan seseorang yang tak akan pernah meninggalkan aku, sesulit apapun keadaanku"
dan ketika ia benar-benar mengatakan perpisahan atas kemauannya sendiri (mungkin ia tengah putus asa melihatku yang tak pernah mencoba memprotesnya), aku berdoa dalam tangisku, "TUHAN..Kali ini aku percaya, tidak lama lagi, aku akan dipertemukan oleh orang yang menerimaku apa adanya, memimpinku, tidak pernah mengabaikanku, bersabar kepadaku... dan selalu dekat denganku"

Usai sudah semuanya, meski ia telah pergi tanpa alasan, aku bisa menerimanya, mungkin aku hanya ditakdirkan menjadi yang sementara, melengkapi warna warni hidupnya, meuliskan jejak di batu pualam, dan menjadi siluet yang tak akan tersentuh olehnya (lagi).

Dari sinilah aku melanjutkan cerita ku, banyak yang terjadi, sesekali ia muncul kembali, seolah menjadi orang yang terlambat masuk ke kelas, berlari menuju koridor demi mencapai pintu agar ia bisa masuk dan diam didalamnya. Tapi saat itu, aku seolah berperan menjadi seorang dosen, yang berhak membuka pintu atau kenyataan terpahit adalah mengusirnya.
Tapi rupanya, aku benar-benar membiarkannya, aku tahu aku sudah jengah. Bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah membiarkannya muncul dengan beribu penjelasan.

Hidupku berlanjut, aku tahu dia sudah mulai terbiasa tanpaku. Aku tahu kehidupannya dengan kekasihnya, aku senang dia sudah bisa menerima bahwa aku hanya bagian kecil di hidupnya.

Di suatu waktu yang indah, dimana aku bisa melihat kupu-kupu bertengger manis di beberapa dahan, ku sadari aku tengah kedatangan seseorang yang kini membuat duniaku lebih berwana. Tak ada yang direncanakan, tapi mungkin TUHAN telah menjawab doaku...
dulu.. aku selalu berbisik tentang seorang sosok yang begitu ku dambakan....
dan ternyata, TUHAN telah membungkus rencana ini dengan begitu apik, tak terduga, dan aku kembali berbisik untuk doaku selanjutnya, "TUHAN.... aku ingin ceritaku diindahkan..aku ingin memilikinya...utuh"

Terlepas dari Maret 2008, aku menemukan tempat terindah dimana aku bisa menggoreskan namaku suatu saat di hatinya, atau dibalik cincin di tangannya..kelak.. dengan nama "fira....."


Yogyakarta, di sisa gerimis malam

0 komentar:

Posting Komentar